Monday, May 23, 2011

MENCAPAI HATI YANG ISTIQAMAH

Hati adalah sumber kebaikan dan keburukan seseorang. Bila hati penuh dengan ketaatan kepada Allah, maka perilaku seseorang akan penuh dengan kebaikan. Sebaliknya, bila hati penuh dengan syahwat dan hawa nafsu, maka yang akan muncul dalam perilaku adalah keburukan dan kemaksiatan.



Keburukan dan kemaksiatan ini bisa datang karena hati seseorang dalam keadaan lengah dari dzikir kepada Allah. Ibnul Qoyyim al-Jauziyah berkata, “Apabila hati seseorang itu lengah dari dzikir kepada Allah, maka setan dengan serta merta akan masuk ke dalam hati seseorang dan mempengaruhinya untuk berbuat keburukan. Masuknya setan ke dalam hati yang lengah ini, bahkan lebih cepat daripada masuknya angin ke dalam sebuah ruangan.”

Oleh karena itu, hati seorang mukmin harus senantiasa dijaga dari pengaruh setan ini. Yaitu, dengan senantiasa berada dalam sikap taat kepada Allah SWT. Upaya inilah yang disebut dengan Istiqamah.

Imam al-Qurtubi berkata, “Hati yang istiqamah adalah hati yang senantiasa lurus dalam ketaatan kepada Allah, baik berupa keyakinan, perkataan, maupun perbuatan.” Lebih lanjut beliau mengatakan, “Hati yang istiqamah adalah jalan menuju keberhasilan di dunia dan keselamatan dari azab akhirat. Hati yang istiqamah akan membuat seseorang dekat dengan kebaikan, rezekinya akan dilapangkan dan akan jauh dari hawa nafsu dan syahwat. Dengan hati yang istiqamah, maka malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan keamanan serta ketenangan dari ketakutan terhadap adzab kubur. Hati yang istiqamah akan membuat amal diterima dan menghapus dosa.”

Ma’asyiral muslimin rakhimahullah!
Ada banyak cara untuk menggapai hati yang istiqamah ini. Di antaranya: pertama, meletakkan cinta kepada Allah SWT di atas segala-galanya. Ini adalah persoalan yang tidak mudah dan butuh perjuangan keras. Karena, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami benturan antara kepentingan Allah dan kepentingan makhluk, entah itu kepentingan orang tua, guru, teman, saudara, atau yang lainnya. Apabila dalam kenyataanya kita lebih mendahulukan kepentingan makhluk, maka itu pertanda bahwa kita belum meletakkan cinta Allah di atas segala-galanya.

Padahal, Allah SWT telah menegaskan bahwa siapa yang lebih mencintai sesuatu selain Allah, maka ia justru akan tersiksa dengan rasa cintanya itu. Siapa yang takut karena selain Allah, maka ia justru akan dikuasai oleh rasa takutnya itu. Siapa yang sibuk dengan selain Allah, maka ia akan mengalami kebosonan dan siapa yang mendahulukan yang lain daripada Allah, maka ia tidak akan mendapatkan keberkahan dari-Nya.

Kedua, membesarkan perintah dan larangan Allah. Membesarkan perintah dan larangan Allah harus dimulai dari membesarkan dan mengagungkan pemilik perintah dan larangan tersebut, yaitu Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya, “Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah.” Ulama dalam menafsirkan ayat ini mengatakan, “Mengapa kalian tidak takut akan kebesaran Allah.”

Membesarkan perintah Allah di antaranya adalah dengan menjaga waktu salat, melakukannya dengan khusyu, memeriksa rukun dan kesempurnaannya serta melakukannya secara berjamaah.

Ketiga, senantiasa berzikir kepada Allah. Zikir adalah wasiat Allah kepada hamba-hamba-Nya dan wasiat Rasulullah kepada ummatnya. Dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingat-Nya dalam diri-Ku. Dan barang siapa yang mengingat-Ku dalam kesibukan, maka Aku akan mengingat-Nya dalam kesibukan yang lebih baik darinya.” (HR Bukhari).

Keempat, Mempelajari kisah orang-orang saleh terdahulu. Hal ini diharapkan agar kita bisa mengambil pelajaran dari mereka. Bagaimana kesabaran mereka ketika menghadapi ujian yang berat, kejujuran mereka dalam bersikap, dan keteguhan mereka dalam mempertahankan keimanan.

Allah SWT berfirman, “Sungguh dalam kisah-kisah mereka terdapat ibrah (pelajaran) bagi orang yang memiliki akal, ….”

Kelima, senantiasa berpikir tentang kebesaran ciptaan Allah. Allah SWT memiliki ciptaan yang indah dan besar. Dengan memikirkan ciptaannya diharapkan bisa menyadari betapa besar kekuasaan Allah terhadap ciptaan-Nya itu. Allah SWT berfirman, “Wahai manusia, telah diberikan kepada kalian beberapa permisalan, maka dengarkanlah (perhatikanlah) permisalan itu. Sesungguhnya orang-orang yang engkau seru selain Allah, mereka tidak akan mampu untuk menciptakan lalat, meskipun untuk melakukannya itu mereka berkumpul bersama�.”

Demikianlah beberapa hal yang akan mengantarkan kita kepada hati yang istiqamah. Dan mudah-mudahan saja kita bisa mendapatkannya

MENJAGA LISAN

~Buat peringatan diri sendiri & juga kita semua~

Setiap ucapan Bani Adam itu membahayakan dirinya (bukan memberi manfaat), kecuali kata-kata berupa amar ma’ruf nahi mungkar ( memerintahkan kebaikan, melarang kemungkaran) dan Dzikrullah Azza wa Jalla (mengingat Allah Azza wa Jalla). (HR Tirmidzi)

Mengapakah pada saat-saat beribadah kepada Allah, kita sering tidak merasakan kekhusyukan, apalagi sampai dapat menitikkan air mata, sehingga hampir tidak pernah terasakan lagi lezat dan nikmatnya menghadap Allah?


Ternyata semua itu berpangkal dari hati yang kesat dan kotor. Di dalam hati yang demikian memang tak akan pernah bersemayam nuur (cahaya) iman yang sesungguhnya.


Akibat lain dari memiliki hati yang busuk, kusam, kusut, dan kotor adalah tidak akan pernah mampu kita melahirkan kalimat-kalimat lisan yang benar dan bermutu. Tiap-tiap kalimat yang keluar dari lisan, kata Syeikh Ibnu Atha’illah, pastilah membawa corak bentuk hati yang mengeluarkannya. Betapa tidak? Hati itu bisa diibaratkan dengan teko. Teko hanya mengeluarkan isinya. Bila ia berisi air kopi, maka yang keluarpun pastilah air kopi. Demikian pula jika isinya air bening, maka yang keluar pun pstilah air bening,


Terjadinya lisan seseorang menghamburkan kata-kata kasar, menyakitkan, jorok, dan sia-sia, semua itu, tidak bisa tidak, bersumber dari hati yang tidak beres. Seseorang yang hatinya tidak selamat akan sangat sulit mengendalikan lisannya. Apa saja yang terlihat di depan matanya niscaya akan membuat lidahnya gatal untuk segera berkomentar, terlepas dari komentarnya itu bermutu atau tidak, bermanfaat bagi dirinya atau tidak, ada yang mendengarkan atau tidak. Jelas, tak akan pernah disadari bahwa perkataaanya mungkin bisa sisa-sia.


Bahakan tidak jarang pada akhirnya sang lisan jadi tergelincir ke dalam perbuatan ghibah karena hanya gemar menyelisik kekurangan dan air orang lain. Bilapun perkataannya didengar oleh orang yang dinilainya, maka jadilah ia perkataan yang menganiaya dan menyakiti perasaannya. Bahkan tidak jarang pula lebih meningkat lagi daripada itu, yakni fitnah! Padahal, sungguh pandangan manusia itu amat terbatas untuk menilai kebaikan atau keburukan seseorang.


Perkataan yang kurang bermutu dan hampa maknsa bisa juga keluar dari lisan seseorang yang didasari oleh hati yang tidak ikhlas. Ini bisa terjadi pada siapa saja. Adalah ia seroang sahabat, guru, atasan, bahkan mubaligh atau orang tua sekalipun. Mengapa ada seorang anak yang habis-habisan dinasihati oleh orang tua atau gurunya, tetapi tetap saja berkelakuan buruk? Jawabnya, mungkin karena mereka tidak menasihatinya dengan hati yang benar-benar tulus semata-mata ingin membimbing sang anak ke jalan yang benar. Mungkin nasihat itu keluar dari lisannya seraya hatinya penuh diselimuti nafsu amarah.


Mengapa pula seorang mubaligh telah habis-habisan berceramah menyampaikan kebenaran, tetapi toh tak membekas sama sekali di hati para jamaahnya? “kemungkinan yang demikian itu dari engku sendiri,” kata Muhammad bin Wasi’, seorang ulama ahli ma’rifat. Sebab, kata Wasi’, bila nasihat itu keluar dai hati yang ikhlas, pastilah masuk ke dalam hati. Sebaliknya nasihat yang hanya berupa gubahan lidah dan reka-rekaan belaka, ia akan masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Sebagus apa pun kata-kata yang terucap, bila keluar dari hati yang riya, sum’ah (sekedar mencari popularitas), ujub, atau takabur, maka ia taka akan pernah mampu menghunjam ke dalam lubuh hati pendengarnya.


Lidah memang tak bertulang. Mengeluarkan kata-kata yang bagimanapun dari lisan sungguh termat mudahnya. Akan tetapi, apa dampaknya dan bagaimana akibatnya, itulah yang sering tidak terpikirkan. Sepatah kata yang terucap sama sekali tidak akan membuat tubuh seseorang terluka, namun siapa yang tahu kalau justru hatinya yang tersayat-sayat. Atau sebaliknya, sepatah kata yang terucap, justru malah menjadi penyebab si pengucapnya mendapat celaka ataupun selamat, baik ketika di dunia maupun di akhirat kelak.

Rasulullah saw bersabda, “setiap ucapan Bani Adam itu membahayakan dirinya (bukan memberi manfaat), kecuali kata-kata berupa amar ma’ruf nahi munkar dan Dzikrullah ‘Azza wa Jalla!” (HR Trimidzi)


Karenanya, jangan heran kalau hanya disebabkan sepatah dua patah kata saja yang terlontar dari mulut bisa terjadi perkelahian, dua orang saudara bisa bermusuhan, bahkan membuat seseorang mendekam di balik terali besi. Sebaliknya, tidak perlu heran pula bila berkat satu dua patah kata seseorang bisa selamat dari malapetaka yang akan menimpanya.


Apalagi balasan yang akan menimpa kita di akhirat kelak sebagai akibat terpelihara atau tidaknya lisan. “Barang siapa yang memelihara apa yang ada di antara janggutnya (yakni lisannya) dan apa yang ada di antara kedua pahanya (yakni farjinya) karena aku, “ sabda Rosulullah, “niscaya akan kujamin dia masuk surga” (HR Bukhari). Sesungguhnyalah, “Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua lubang, yaitu mulut dan farji” (HR Tirmidzi).Dengan demikian, hendaknya kita selalu berhati-hati dengan lisan. Setiap kata yang hendak diucapkan hendaknya terlebih dahulu dipikirkan masak-masak. Sekiranya kata-kata yang akan terucapkan itu tidak ada manfaatnya, sebaiknya kita memilih diam. Rosulullah saw bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia mengucapkan kata-kata yang baik atau diam” (HR Bukhari Muslim)


Lidah, tanda tenaga dan tanpa biaya bisa kita gerakkan setiap saat. Barang siapa di antara kita terlampau banyak bicara, akan sangat cepat mengeraskan hati. Orang yang paling beruntung di dunia ini adalah “fal yaqul khairan au liyashmut” – orang yang sangat bisa memperhitungkan setiap kata-kataya. Barang siapa yang berpiirnya lebih banyk daripada bicaranya, insyaAllah, kata-katanya akan membersihkan hati.


Hati yang selamat, Subbanallah, siapapun pasti merindukannya. Hati yang selamat tidak ahanya akan menyelamatkannya di dunia, tetapi juga di yaumil hisab nanti. Yakni, “Yauma laa yanfa’u maalun walaa banuun, illaa man atallaaha bi qalbin saliim” (QS Asy Syu’ara [26] : 88-89). Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak lagi bermanfaat, kecuali hati yang selamat!
Dari Buku Bening Hati KH Abdullah Gymnastiar oleh Basyar Isya

Thursday, May 12, 2011

PERNAHKAH KITA SEBAK MENANGIS MENGINGATI ALLAH

Doa menghubungkan seseorang hamba kepada ALLAH. Banyakkanlah berdoa, kerana semakin bertambah permintaan yang dilafazkan kepada ALLAH, insya ALLAH kasih sayang-Nya turut bertambah. Pada masa berdoa, menangislah dengan sepuas-puasnya kerana tangisan itu sedang dilakukan di hadapan ALLAH s.w.t.

Assalaa mu'alaikum w.b.t.,

Pernahkah Kita Sebak Menangis Mengingati ALLAH?


Kita semua dibekalkan fitrah berperasaan. Ada kalanya gembira bertakhta di hati, ada masa yang lain pula sedih bertandang.


Menangis pula sering dihubungkan dengan perasaan sedih, takut, dan bimbang. Tidak kurang juga yang menangis kerana kegembiraan.


Kita sebagaimana manusia biasa pun semestinya pernah menangis. Ini suatu kebiasaan.


Apakah sebabnya kita menangis? Ada banyak sebabnya.


Satu soalan yang kita tujukan kepada diri sendiri, pernahkah kita sebak menangis mengingati ALLAH?


Kita dipujuk untuk sentiasa melatih diri untuk membiasakan tangisan mengingati ALLAH. Tangisan sebegini adalah tidak sia-sia. Diri dipupuk untuk mengagungkan-Nya.

Rasulullah s.a.w. sendiri menangis mengangungkan ALLAH s.w.t.


Rasulullah s.a.w. sendiri kerap menangis mengagungkan ALLAH, mengenangkan bencana dan azab ALLAH yang akan ditimpa kerana kemungkaran umat Baginda s.a.w.


Begitu juga sebaik-baik generasi yang dididik oleh Baginda s.a.w. sendiri, tangisan menjadi kebiasaan bagi mereka dalam hal-hal yang menghubungkan diri kepada ALLAH.


Susah Nak Menangis, Hati Masih Ada Tak Kena


Andai rasa susah untuk menangis, mesti ada yang tak kena dalam hati kita. Ada yang masih kotor dan belum dibersihkan.


Tangisan Istimewa, Datang daripada Hati Bersih yang Benar-benar Mengagungkan ALLAH s.w.t.


Tangisan yang istimewa ialah tangisan seorang hamba yang benar-benar datang dari dalam hatinya, kemudian berderai-derai air mata mengalir. Basah kelopak mata, hidung dan pipi. Tangisan ini tidak dapat lagi dikawal apabila sudah dikuasai perasaan khasyatullah (takut akan ALLAH), benar-benar berharap ALLAH sudi memandang kepadanya, mendengar dan menjawab pengaduan yang dibuat. Tangisan sebegini tidak dapat ditahan lagi apabila hati sudah benar-benar tertumpu bagi ingatan kepada ALLAH.


Dosa Terlalu Banyak, Masih Tidak Selesai, Tidak Terhitung, Bak Gunung yang akan Menghempap Diri


Ingatan kepada ALLAH itu benar-benar membawa dirinya jauh mengakui kelemahan diri. Mengakui dosa-dosa yang dilakukan pada masa silam dan akan datang. Dosa-dosa itu pula tidak terhitung, besar bak gunung yang akan menghempapnya.


Diri kemudiannya terasa seolah-olah sekejap sahaja lagi akan dibawa kepada penyeksaan. Penyeksaan baik di kubur atau di neraka, sebagai balasan kepada segala dosa dan perbuatan yang telah dilakukan.


Air mata pun bertambah deras. Mengingatkan masa-masa lepas yang dibiarkan berlalu dengan sia-sia. Sesal, sungguh kesal. Kesal kerana setiap nafas yang telah diberikan ALLAH itu sungguh berharga. Lebih bernilai daripada daripada dunia dan seisinya.


Selamat atau Tidak Selepas Alam Dunia?


Teresak-esak menangis. Mengenangkan nasib diri setelah berangkat meninggalkan alam dunia ini. Sangat kuat hati menjerit, bertanya: "Adakah aku akan selamat atau tidak?"


Pengadilan ALLAH, Sudah Tidak Mampu Lagi Menafikan Bukti yang Tersimpan Rapi


Hati terus kuat menangis, air mata terus mengalir. Teringat khabar yang telah dibawa Nabi Muhammad s.a.w. . Suasana kebangkitan dan pengadilan di mahsyar nanti penuh dengan ketakutan dan kegusaran. Semuanya akan diadili oleh Qodhi Rabbul Jalil. Amat teliti. Tiada satu apa pun akan terlepas. Semuanya ada balasan setimpal.


Takut, sungguh takut. Adakah amalan yang dibawa diterima oleh Allah? Atau amalan tersebut menyebabkan diri terhumban ke dalam neraka.


Memang banyak. Lebih banyak ingatan sebegini, maka lebih panjang tangisan itu.


Kemuncaknya, Benar-benar Mahu ALLAH Mengampunkan dan Menyelamatkan Diri


Antara kemuncak dalam tangisan itu, hati memang menjerit-jerit meminta ALLAH mendegar permohonan dan memperkenankannya. Diminta supaya diselamatkan diri, ahli keluarga serta umat Islam lain daripada segala bahaya dan seksaan di akhirat. Kerana ALLAH s.w.t. sahaja yang berkuasa dan layak melaksanakannya.


Sabda Baginda s.a.w. , terjemahannya:

Daripada Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:


Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis kerana takut kepada ALLAH, sehingga air susu itu kembali ke susu, dan tidaklah berkumpul debu di jalan ALLAH dan asap Jahannam.


Hadits Riwayat At-Tirmidzi dan ia berkata, hadits hasan shahih
.
*Hadits dipetik daripada kitab Tujuan Hidup Para Sufi, Syeikh Muhammad Al-Ghazali.

Itulah ketinggian tangisan kerana takutkan ALLAH s.w.t. !

SOLAT MALAM BAGI MENGELAK KESUNYIAN KUBUR



Pada setiap malam, pada 1/3 penghujungnya adalah antara waktu yang paling hampir bagi seseorang memohon pengampunan dan keselamatan daripada Allah s.w.t. Ada disebutkan dalam hadits bahawa Allah s.w.t. bersedia mendengar permohonan hamba-Nya pada setiap malam waktu 1/3 akhir.

Menunaikan Solat Dua Raka'at Pada Waktu Malam Untuk Menghadapi Kesunyian Kubur

Oleh Al-Ustaz Fathi Yakan dalam kitabnya Bahtera Penyelamat dalam Kehidupan Penda'wah.

Pesanan Rasulullah s.a.w. adalah menggalakkan umatnya mendirikan solat malam. Baginda s.a.w. menjelaskan bahawa keutamaan 'ibadah solat pada waktu malam amat besar dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Baginda menyatakan:


وصل ركعتين في ظلمة الليل لو حشة القبور


Maksudnya:

"Tunaikanlah solat dua raka'at dalam kegelapan malam, demi kesunyian di kubur."

Solat ialah penggerak utama kebangunan Nubuwwah. Hal ini bermula dengan (يا ايها المزمل) dan berakhir dengan (يا ايها المدثرقم فانذر).

Solat malam tidak dapat ditandingi oleh sebarang 'ibadah. Solat malam membekalkan para mukmin dengan potensi dan daya juang yang tidak dapat digambarkan hebatnya. Itulah kurniaan Allah dan pemberian-Nya. Kenyataan ini diperkuatkan oleh firman Allah:

Maksudnya:

"Sesungguhnya jiwa (orang) yang terbentuk pada waktu malam itu lebih mantap (keperibadiannya) dan lebih jitu kata-katanya."


Surah Al-Muzzammil: ayat 6

Rasulullah s.a.w. pada suatu ketika pernah menjelaskan keutamaan dan fadhilat solat malam. Baginda s.a.w. menyatakan yang maksudnya berbunyi:


"Hendaklah kalian mengerjakan solat pada waktu malam, justeru itu ialah amalan orang-orang soleh sebelum kamu dan yang mendekatkan kamu kepada Tuhanmu. Ia penebus segala dosa, pencegah daripada segala keburukan. Ia dapat menghapuskan penyakit yang ada dalam badan seseorang."


Hadits riwayat Tabarani dan Tarmizi
Diriwayatkan bahawa Jibril datang menemui Nabi s.a.w. . Beliau berkata kepada Baginda s.a.w. yang terjemahannya berbunyi:


"Hai Muhammad, hiduplah seperti mana yang engkau mahu, namun engkau pasti akan mati. Berbuatlah apa yang kau mahu, namun engkau pasti berpisah dengannya. Ketahuilah bahawa keutamaan seseorang mukmin itu adalah dengan qiamullail (solat malam), manakala kemuliaannya adalah dengan sikap berdikari (tidak bergantung kepada orang lain)."

Hadits Riwayat Tabrani
Dengan huraian ini, jelas kepada kita bahawa solat malam dapat membentuk para da'ie menjadi hamba Allah yang 'Rabbani', kerap berhubung dengan Allah, berjiwa cerah, mempunyai hati yang peka, kewaspadaan yang tinggi serta kekritisan daya berfikir.


Jika seseorang itu tidak bersifat dengan sifat-sifat di atas, maka ia bukanlah da'ie. Bencana yang menimpa Islam kini adalah kerana adanya golongan-golongan penda'wah yang tidak mempunyai ciri-ciri, sifat-sifat dan akhlak penda'wah yang sebenar sepertimana yang sewajarnya.


Selain daripada itu solat malam tidak akan dapat dijadikan amalan kebiasaan kecuali dengan menggagahkan diri, melawan syaitan dan nafsu, khasnya pada peringkat awal. Rasulullah s.a.w. dalam menggambarkan dalaman ini pernah bersabda yang terjemahannya berbunyi:


"Apabila seseorang hendak menunaikan solat malam, datanglah malaikat seraya berkata kepadanya: Bangunlah, hari telah pagi, solat dan ingatlah Tuhanmu. Syaitan pun datang memujuknya. Malam masih panjang, engkau boleh tidur lagi, nanti engkau boleh bangun. Kalau ia bingkas dari tempat tidurnya bersolat, maka badannya akan menjadi ringan (cergas) dan sihat. Kalau ia patuh kepada syaitan, tidur hingga ke siang, syaitan akan kencing di dalam telinganya."


Hadits Riwayat Tabrani

Rasulullah s.a.w. mengaitkan antara solat antara solat tengah malam dengan mendapat ketenangan dan kedamaian jiwa di dalam kubur. Baginda s.a.w. mengatakan:

"Orang yang mencerahkan malamnya dengan 'ibadah dan patuh kepada Allah, nescaya Allah akan menerangkan kuburnya dengan rahmat dan kurniaan-Nya."

Wahai, alangkah hebatnya kurnia dan ganjaran Allah terhadap hamba-Nya. Dengan beberapa raka'at yang dikerjakan pada waktu malam, ia boleh selamat daripada seksa kubur, kesepian dan kelengannya. Ia akan merasa sejahtera dan damai.


Selamatlah orang-orang yang tidak nyenyak tidurnya kerana 'ibadah. Selamatlah mereka daripada kesengsaraan kesepian dalam kubur. Sesungguhnya suasana di dalam kubur amat sepi dan penuh denga penanggungannya.


Rasulullah s.a.w. pernah membayangkan tentang kubur dan seksanya. Baginda s.a.w. mengatakan yang terjemahannya:

"Kubur ialah anak tangga pertama ke akhirat. Jika seseorang boleh selamat (daripada seksanya), maka peringkat selepas itu akan lebih mudah. Tetapi kalau ia tidak selamat, maka apa yang akan dihadapinya selepas itu lebih payah."


Mujahid mengatakan: "Yang pertama menyapa si mati ialah lubang kuburnya. Ia mengatakan: Akulah rumah ulat dan cacing-cacing, rumah sepi, gelap dan keseorangan. Inilah persiapanku untukmu, apakah pula yang engkau persiapkan untukku?"


Rasulullah s.a.w. menerangkan yang terjemahannya:


"Apabila seseorang manusia meninggal dunia, (setelah dikuburkan) maka datanglah dua malaikat kehitaman dan kebiruan warna mereka. Mereka dikenali sebagai Munkar dan Nakir. Kedua-duanya bertanya pada orang tersebut: Apa katamu (pandanganmu) terhadap Nabi? Sekiranya ia beriman, ia menjawab: Nabi ialah hamba Allah dan Rasul-Nya, saya naik saksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad Rasulullah. Kedua-duanya lantas berkata: Kami memang tahu, engkau dahulu pun mengucap syahadat itu. Kemudian kuburnya dilapangkan seluas tujuh puluh hasta kali tujuh puluh hasta serta diterangkan kuburnya. Sekiranya ia seorang yang munafiq, ia menjawab: Saya tidak tahu, saya pernah mendengar orang mengatakan sesuatu dan saya mengatakannya. Kedua-dua malaikat itupun berkata: Kami pun memang tahu engkau ada mengata-ngatakan yang demikian. Kemudian diperintahkan kepada bumi supaya menghimpitnya sehingga berselang-seli tulang belulangnya."


Rasulullah s.a.w. pernah bersabda yang terjemahannya:
"Apabila seorang itu hendak dihimpit di dalam kuburnya dari sebelah kepalanya, maka datanglah 'ibadat tilawatul Quran (yang telah dilakukan semasa di dunia) menghalangnya. Apabila himpitan itu datang daripada depannya, ia dihalang oleh 'ibadat sedekahnya, dan apabila itu datang dari arah kakinya, ia dihalang oleh ('ibadah) pemergiannya ke masjid-masjid."


Dalam masa yang lain, Rasulullah s.a.w. pernah menceritakan kandungan shahifa Musa. Baginda s.a.w. berkata yang terjemahannya:

"Dalam shahifa Musa, kandungannya penuh dengan ibarat dan pengajaran. Antaranya: Aku merasa aneh terhadap orang yang yakin akan mati tetapi ia bergembira, orang yang yakin dengan neraka tetapi ia masih ketawa, orang yang yakin dengan qadar tetapi masih menolaknya. Aku merasa aneh melihat orang yang menginsafi hakikat dunia dan melihat sendiri akan putaran rodanya terhadap penghuni-penghuninya, tetapi ia masih merasa lega untuk merangkulnya. Aku hairan kepada orang yang yakin dengan perhitungan Allah kelak (Hari Qiamat) tetapi ia tidak berbuat apa."






http://ikhwanzhaki.blogspot.com/2010/03/solat-malam-bagi-mengelakkan-kesunyian.html

BILAKAH HARTA PERLU DIBELANJAKAN UNTUK KEBAIKAN






Bersedeqah tidak mengurangkan harta kita. Bahkan apa yang disedeqahkan menjadi harta milik kita (pahalanya akan diperoleh dan akan dibawa apabila menghadap Allah kelak). Usah risau kecil atau besar nilai sedeqah itu pada pandangan manusia, kerana pada sisi Allah ada nilaian yang jauh lebih istimewa.

Assalaa mu'alaikum w.b.t.,

Bilakah Harta Kita Perlu Dibelanjakan Untuk Kebaikan?
Harta yang kita miliki adalah kurniaan, pinjaman dan juga ujian kepada kita. Kita dianjurkan untuk membelanjakan harta tersebut pada jalan kebaikan. Sungguh beruntung bagi kita selaku umat Nabi Muhammad s.a.w. yang beriman, seandainya kita membelanjakan harta tersebut untuk jalan Allah semasa berada di dunia ini, sebelum tibanya hari kiamat. Sebelum tibanya hari kiamat di sini juga dapat kita fahami sebagai sebelum nyawa kita diambil oleh malaikat Izrail.

Ada ayat al-Quran berkenaan perintah untuk membelanjakan harta semasa kita masih berada dalam kehidupan di dunia ini.


Firman Allah s.w.t. yang berbunyi:
Terjemahannya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Infaqkanlah sebahagian rezeki yang telah Kami berikan kepada kamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan, dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang zalim."


Surah Al-Baqarah ayat 254
Suruhan dan perintah ALLAH kepada kita dalam Al-Quran pasti mempunyai pelbagai kemuliaan dan ketinggian kedudukannya.

Pelbagai Keistimewaan Dijanjikan kepada Orang Dermawan

1.Syurga ialah Tempat bagi Para Dermawan

Daripada Anas bin Malik r.a. memberitakan Nabi s.a.w. bersabda:

Ertinya:
"Syurga itu ialah negeri bagi para dermawan."


Hadits Riwayat Ibnu 'Adi dan Al-Qudha'i: Marfu'

2.Sedeqah Tidak Mengurangkan Harta

Daripada Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda:

Terjemahannya:


"Tiadalah akan berkurangan harta dengan sebab bersedeqah."


Hadits Riwayat Ahmad dan Muslim




Jika kita berfikir dengan akal pemikiran manusia yang cetek dan terbatas, mungkin janji Allah ini dilihat sebagai pencanggahan dengan norma kebiasaan alam ini.


Hukum manusia mungkin menyatakan sifir harta yang dibelanja dan diberikan kepada orang lain akan berkurangan.


Di sinilah datangnya peranan 'iman dan 'aqidah. Keyakinan yang utuh akan perkara yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar di dunia ini pastinya mengatasi kebiasaan akal manusia yang terhad kepada alam dunia.


'Ulama ada menyatakan juga bahawa harta yang dibelanjakan pada jalan ALLAH dan secara halal sebenarnya adalah harta milik kita. Harta yang belum dibelanjakan dengan cara mulia tersebut sebenarnya bukan milik kita, tetapi milik Allah. Harta tersebut menjadi ujian kepada kita.


Bagaimanakah dikatakan harta yang diinfaqkan dengan halal pada jalan ALLAH menjadi harta milik kita? 'Ulama menyebut, harta yang terguna dengan cara tersebut dikurniakan pahala. Pahala tersebut pula akan dibawa untuk pertemuan dengan ALLAH kelak nanti.


Dalam Al-Quran ditegaskan perkaitan antara iman dan 'amal dalam banyak ayat. Iman semata-mata masih belum cukup kepada kita jika tiada 'amal yang menjadi manifestasi, pembuktian iman seseorang itu.


Maka, kita cuba untuk mengamalkannya. Kita meyakini perkhabaran daripada Allah ini, disampaikan melalui lidah Rasul-Nya dengan keimanan yang sejati. Kita cuba buktikan dengan 'amal. Insya Allah, akan tiba satu peringkat terasa kemanisan iman, kepuasan perasaan ruhaniyah hasil daripada gandingan utuh antara iman dan amal.


Seorang murabbi dengan ikhlas dan sangat bermotivasi memberikan nasihat kepada anak muridnya untuk sentiasa mengamalkan sedeqah, walaupun jumlah sedeqah itu kecil. Sesuaikan jumlah sedeqah dengan kemampuan ekonomi kita. Munasabah bagi seorang yang miskin bersedeqah sebanyak 10 sen, sebagai contoh. Namun 10 sen ini tidak munasabah bagi orang yang kaya hartanya.


Lebih dekat lagi untuk konteks pelajar, cuba tanamkan kesungguhan untuk sentiasa beristiqamah dengan amalan bersedeqah. Andai ada sahaja peluang bersedeqah, cuba ambil tawaran istimewa tersebut. Jangan rasa kecil diri, walau sumbangan kita amat kecil jumlahnya, kerana penilaian itu sebenarnya dibuat oleh ALLAH s.w.t yang Maha Adil.


'Ada disebutkan: Sedeqah satu dirham boleh menyaingi sedeqah 1000 dirham, ya'ni sedeqah satu dirham itu dilakukan oleh orang yang miskin tetapi ikhlas, dia melakukan sedeqah itu dengan terbaik pada kemampuannya. Sedeqah 1000 dirham itu pula dilakukan oleh orang yang sememangnya mempunyai kelebihan dalam harta bendanya.

Insya Allah, semoga kita memahami ilmu ini dan mengamalkannya dengan ikhlas dan berterusan hingga akhir hayat.

Ada disebutkan: Belajar ilmu itu urusan kita, memberi faham itu urusan ALLAH.

http://ikhwanzhaki.blogspot.com/search/label/Bekal%20Perjalanan

JANGAN JADI BANGKAI PADA WAKTU MALAM


BANGKAI MALAM DAN HIMAR SIANG


Daripada Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah bersabda kepada ku:


إِنَّ اللهَ يَبْغُضُ كُلَّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ صَخَّابٍ فِي الْأَسْوَاقِ جِيْفَةٍ بِاللَّيْلِ حِمَارٍ بِالنَّهَارِ عَالِمٍ بِأَمْرِ الدُّنْيَا جَاهِلٍ بِأَمْرِ الْآخِرَةِ


“ Sesungguhnya Allah benci setiap manusia yang kasar (suara dan tingkah laku), kuat makan, bising semasa di pasar, tidak bangun solat malam seperti bangkai, berkerja keras pada waktu siang seperti himar, amat mengetahui tentang ilmu dunia dan jahil tentang akhirat.”


Hadis riwayat Ibnu Hibban (72), Baihaqi (Sunan) dan Asbahani. Syeikh Syuaib berkata: Sanad hadis ini kuat.


Imam Munziri meletakkan hadis di bawah tajuk “MEMBERI PERINGATAN BURUK KEPADA MANUSIA YANG TIDUR SAMPAI SUBUH DAN TIDAK BANGUN BERQIAMULLAIL”


Dr Yusuf Qardawi menerangkan makna “tidak bangun tahajud seumpama bangkai”:
“ Manusia ini diumpamakan bangkai pada waktu malam kerana tidur adalah salah satu bentuk mati.”


SPECIAL TIME FOR HIS SLAVES


Oleh itu Allah benci manusia yang tidur pada waktu malam tanpa bangun untuk bertahajud dan bermunajat kepadanya. Sedangkan Allah khususkan di penghujung malam untuk hamba-hambanya mengadu dan bermunajat kepadanya. Rasulullah saw bersabda:


ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى سماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر قيقول : من يدعوني فأستجيب له؟ ومن يسألني فأعطيه؟ ومن يستغفرني فأغفر له


“ Allah swt turun pada setiap malam ke langit dunia ketika sepertiga malam yang terakhir. Tuhan berkata “ Siapa yang berdoa akan ku perkenankan doanya. Siapa yang meminta kepadaku akan ku berikannya. Sesiapa yang beristighfar maka akan ku ampunkannya”`


Hadis sahih Bukhari dan Muslim

Bayangkan sahabat-sahabat sekiranya seorang penjenayah berat akan diampunkan sekiranya dia merayu kepada Raja pada pukul 3 pagi pasti dia akan pergi waktu tersebut dan menunggu di pintu istana seawal mungkin. Bayanngkan sekiranya Raja menawarkan akan memberi apa sahaja permintaan kita sekiranya kita menghadapnya di awal pagi pasti kita akan menunggu di pintu istana sejak malam lagi. Namun raja segala raja telah memberi tawaran kepada kita pada waktu sebelum subuh tapi kenapa kita masih tidur lagi. Itu kerana kita dikencing oleh syaitan dan diri kita berlumuran dengan dosa.


Kalau kita rasa kita itu sudah baik dan bersih dari dosa (ini adalah penyakit hati) maka anggaplah masa ini masa seorang kekasih bertemu dengan kekasihnya. Adakah seorang lelaki akan disayangi oleh kekasihnya sekiranya selalu terlepas dalam temu janjinya? Kalau setiap hari begini pastilah cinta itu sudah berkubur dan hubungannya akan diputuskan.


KENCING SYAITAN
Apabila diberitahu kepada Nabi saw tentang seorang lelaki yang tidak bangun tahajud dan bangun ketika watu sudah subuh. Nabi saw bersabda:


ذاك الرجل بال الشيطان في أذنيه


“ Lelaki itu telah dikencing syaitan di dua telinganya.”

Hadis sahih Bukhari dan Muslim.


Ini yang bangun waktu subuh. Kalau bangun selepas waktu subuh, apa agaknya najis syaitannya yang masuk? Adakah lubang telinga sahaja atau semua lubang?


BELENGGU DOSA


Fudail bin Iyad berkata:


إذا لم تقدر على قيام الليل وصيام النهار فاعلم أنك مكبول كبلتك معصيتك


“ Apabila kamu tidak mampu untuk bangun tahajud waktu malam dan tidak mampu puasa sunat pada waktu siang maka ketahuilah kamu sudah dibelenggu oleh maksiatmu.”


Oleh itu kita perlu bertaubat sentiasa dan menghindari dari maksiat. Lidah yang penuh maksiat tidak layak untuk bermunajat pada waktu malam. Mata yang penuh maksiat tidak layak untuk berjaga untuk tahajud dan menangis. Kaki dan tangan penuh maksiat tidak mampu untuk digerakkan pada waktu malam untuk bangun bertahajud. Yang penting hati sentiasa ingat benda yang haram tidak layak untuk berjaga dengan segarnya pada waktu malam untuk tahajud.


PASANGAN YANG BERTAHAJJUD
Selain dari itu kita hendaklah mencari teman yang baik atau pasangan yang baik agar dapat mengejutkan kita waktu malam. Nabi saw bersabda:


إذا أيقظ الرجل أهله من الليل فصليا ركعتين جميعا كتبا في الذاكرين والذاكرين
“ Apabila seorang lelaki bangun dan mengejut isterinya pada waktu malam. Lalu mereka solat dua rakaat bersama-sama, kedua-kedua mereka ditulis dikalangan lelaki-lelaki dan wanita-wanita yang sentiasa berzikir kepada Allah swt.”


Hadis riwayat Abu Daud dan Nasaie, Hakim juga riwayat dengan makna hadis yang sama dengan sanad ditashihkan oleh Imam Zahabi.


Oleh itu carilah teman serumah yang mampu mengejutkan kita bertahajjud. Terutamanya orang yang tidak mampu tahajud dan ingin tahajud. Begitu juga hendaklah cari pasangan yang boleh membantu kita bertahajud. Namun kita kena lihat kepad keadaan teman serumah tadi. Kalau subuh pun masih lambat atau luar waktu kita kena usahakan subuh dahulu barulah tahajud.

Ibnu Mas’ud berkata:


إذا فقدنا الرجل في صلاة الصبح وصلاة العشاء في جماعة أسأنا به الظن


“Apabila kami tidak bertemu seorang lelaki ketika solat subuh atau isya berjemaah di masjid , kami akan bersangka buruk kepadannya.”


TIPU DAYA SYAITAN
Janganlah kita bagi alasan kita sibuk buat program, mesyuarat , mengaji, mengajar, study, berdakwah dan lain-lain untuk tidak tahajud dan bangun lewat. Nabi adalah sebaik manusia sebagai pemimpin, pendakwah, Pelajar (mengambil wahyu dari jibril), suami (9 isteri)tetapi Nabi saw tidak pernah meninggalkan tahajud. Aisyah berkata:


أن رسول الله صلى الله عليه وسلم يقوم من الليل حتى تتفطر قدماه


“Sesungguhnya Rasulullah saw bangun bertahajjud pada waktu malam sehingga pecah-pecah kakinya.”


Hadis riwayat Bukhari dan Muslim.
Para khalifah dan Gabenor dikalangan sahabat Nabi saw semuanya memintangkan tahajud sehingga Umar berkata: “Kalau aku tidur waktu malam akan sia-sialah hak Allah.” Salahuddin al-Ayyubi juga amat mementingkan tahajudnya kepada tenteranya sedangkan kita tahu tidak ada kerja lebih teruk dari peperangan. Bila mana beliau melihat ada khemah tentera tidak tahajud, beliau berkata:


فإن أوتينا فمن قبل هولاء نؤتى


“Sekiranya kita didatangi musuh maka musuh akan datang dari pihak mereka (kerena kelemahan mereka) . “ atau pun “ Sekiranya kita dikalahkan maka sebab merekalah kita dikalahkan.


Adakah tanggung jawab kita lebih besar dari Nabi sehingga mana kita jadikan kerja dan tanggung jawab sebagai alasan untuk tidak bertahajud? Adakah kita tidak berdosa seperti Nabi? Kita lebih patut bangun menangis dan bertahajud kerna kita insan yang banyak dosa. Ini semua adalah talbis iblis (tipu daya syaitan) kepada pendakwah dan perkerja-pekerja Islam.


MAHAR BIDADARI
Seorang salafus soleh bermimpi berjumpa dengan bidadari dalam mimpinya. Bidadari berkata:

"Pinanglah aku dan berilah maharnya kepada Tuhan.”

Beliau bertanya:

“Apa maharnya?”

Bidadari menjawab:


“ Lama tahajjud.”


Suatu hari Abu Sulaiman ad-Darani tidur pada waktu malam. Dalam tidurnya, beliau melihat bidadari mengejutnya dan berkata:


“ Adakah engkau tidur (tidak tahajud) hai Abu Sulaiman sedangkan aku menantimu di sebalik tirai sejak 500 tahun.”


KESIMPULAN

TAHAJUD BUKAN SEGALANYA TETAPI KALAU TIDAK MAMPU TAHAJUD MAKA ADA YANG TIDAK KENA PADA HUBUNGAN HAMBA DENGA TUHAN SEMESTA. KADANG-KADANG KITA RASA KITA DAH TAK BUAT DOSA TETAPI TAK MAMPU UNTUK BANGUN. INI SAMA ADA KITA PERLU MENGAJI LAGI UNTUK MENGETAHUI DOSA YANG ADA PELBAGAI BENTUK ATAU PUN SEBAB HATI KITA BERASA SUDAH SEMPURNA DAN INILAH YANG PALING BAHAYA. ORANG YANG RASA SELAMAT DARI NERAKA ADALAH ORANG YANG RUGI SEPERTI DALAM SURAH AL-A’RAF AYAT 99.


“OH TUHAN TERIMA LAH TAUBAT KAMI, JAUHKAN KAMI DARI DOSA DAN LAYAKKAN KAMI UNTUK BERMUNAJATMU DI SEPERTIGA MALAM TERAKHIR DENGAN IKHLAS.”


Rujukan: Al-Muntaqa oleh Qardawi, Lataiful Ma’arif oleh Ibnu Rajab, Sahih Bukhari dan Targhib wat Tarhib oleh Munziri.

Doa kita bersama:

Segala puji milik Tuhan Yang Maha Agung Pemilik Seluruh Alam ini, selawat dan salam atas Rasul Junjungan, Nabi Muhammad s.a.w., ahli keluarga dan para sahabat baginda.

Ya Allah ajarkan kepada kami 'ilmu yang bermanfaat, dan berikan manfaat kepada kami daripada 'ilmu yang Kau ajarkan.

Ya ALLAH, jadikanlah kami, ibu bapa dan keluarga kami serta umat Nabi Muhammad s.a.w. yang lain hamba-Mu yang tetap beristiqamah dan ikhlas mentaati-Mu. Jadikanlah akhir hayat kami dalam husnul khotimah dan melafazkan kalimah tauhid. Selamatkan kami dunia dan akhirat.

Artikel ini ditulis oleh Ustaz Salman Maskuri http://akhisalman.blogspot.com/

Monday, May 9, 2011

SAKIT,MUSIBAH UJI TAHAP KEIMANAN


KEHIDUPAN ini kadang-kadang tidak berlangsung dengan baik, menceriakan dan membahagiakan manusia. Ada ketika manusia akan menghadapi saat genting yang membuatkannya tidak dapat melakukan apa-apa.

Dalam saat genting inilah Allah memerintahkan manusia menghadapinya dengan sabar dan tenang sesuai dengan petunjuk-Nya.

Dalam saat genting ini juga, manusia diuji Allah sama ada dia insan sabar dan optimis atau mudah berputus asa serta pesimis.

Sakit adalah antara musibah yang Allah timpakan. Manusia tidak selamanya sihat yang memungkinkan mereka melakukan apa saja.

Tetapi, ada ketikanya manusia akan berdepan dengan musibah sakit tetapi ia bukan azab ditimpakan Allah kerana kemurkaan dan kebencian sebaliknya, ia sebahagian daripada kasih sayang Allah dan perhatian-Nya kepada orang beriman.

Rasulullah SAW pernah bersabda bermaksud: “Sesungguhnya seorang yang beriman ketika ditimpa musibah sakit, kemudian Allah menyembuhkannya, maka itu adalah kaffarah (penghapus) bagi dosa-dosa yang dia lakukan sebelumnya, sekali gus menjadi peringatan berharga untuk menghadapi masa akan datang.” (Hadis riwayat Abu Dawud)

Mungkin timbul persoalan mengapa Allah menghapuskan dosa orang Mukmin yang sedang sakit?

Dapat disimpulkan dua sebab iaitu faktor kesabarannya dan juga sikap optimisnya ketika menghadapi menerima musibah itu.
•Oleh itu, sakit seharusnya dihadapi dan diterima sebagai ujian kesabaran dengan lapang dada dan terbuka. Bukankah Allah selalu menyebut bahawa Dia akan bersama dengan orang sabar, termasuk sabar dalam kesakitan.
Firman Allah yang bermaksud: “…kerana sesungguhnya Allah menyertai (menolong) orang yang sabar.” (Surah al-Baqarah, ayat 153)

•Kedua, faktor keinsafan dan kesedaran yang mula timbul apabila seseorang jatuh sakit.
Masa sakit pada asasnya satu detik bagi seseorang untuk merenung, mencermin diri dan bermuhasabah terhadap segala perbuatannya yang lalu.

Seorang Muslim sejati akan menjadikan masa sakit sebagai wadah bermuhasabah, sejauh manakah dia menurut segala perintah Ilahi dan menjauhi larangan-Nya pada saat dia sihat.

Sakit juga isyarat bahawa manusia adalah makhluk lemah dan kerdil yang tidak dapat berbuat apa-apa, masih memerlukan hidayah serta pertolongan Allah yang Maha Berkuasa.

Dalam menangani musibah sakit, Rasulullah SAW pernah berpesan kepada umatnya melalui sabda Baginda yang bermaksud: “Bersihkanlah hartamu dengan zakat, ubatilah sakitmu dengan sedekah dan tolaklah olehmu musibah-musibah dengan doa (yang ikhlas).” (Hadis riwayat Tabrani)

Demikian nasihat Rasulullah SAW kepada umatnya berkaitan permasalahan dihadapi umatnya. Dalam hadis itu, Rasulullah SAW memberikan kunci untuk menjalani kehidupan yang mencabar ini.

Harta amat dicari setiap insan di muka bumi ini. Oleh itu, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya supaya mencari harta sebanyak mungkin. Malah, Rasulullah SAW sendiri contoh terbaik sebagai pedagang berjaya.

Namun, Islam mengajar umatnya bahawa harta yang diperoleh tidak akan suci melainkan selepas dikeluarkan zakatnya. Kewajipan berzakat jelas dalam al-Quran.

Allah berfirman bermaksud: “Ambillah (sebahagian) dari harta mereka menjadi sedekah (zakat) supaya dengannya engkau membersihkan mereka (dari dosa) dan menyucikan mereka (daripada akhlak buruk); dan doakanlah untuk mereka kerana sesungguhnya doamu itu menjadi ketenteraman bagi mereka. Dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar.” (Surah al-Taubah, ayat 103)

Sakit adalah sebahagian daripada fasa peralihan kehidupan manusia. Dalam hal ini, Rasulullah bersabda maksudnya: “Berubatlah kerana tidak ada satu penyakit diturunkan Allah melainkan diturunkan juga ubat penawarnya, kecuali satu penyakit iaitu penyakit tua.” (Hadis riwayat Abu Dawud & Tirmizi)

Salah satu daripada penawar sakit adalah memperbanyakkan sedekah kerana setiap sedekah dikeluarkan mengandungi makna keberkatan dan nilai doa, lebih-lebih lagi jika sedekah disumbangkan kepada orang yang benar-benar memerlukan.

Imam Muslim ada meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW sentiasa mendoakan orang bersedekah dengan doanya: “Ya Allah Ya Tuhanku! Rahmatilah mereka”.

Musibah yang menimpa pada hakikatnya akibat berpunca daripada tangan manusia sendiri.

Bukankah Allah sudah berfirman bermaksud: “Sudah timbul pelbagai kerosakan dan bala bencana di darat dan di laut dengan sebab apa yang sudah dilakukan oleh tangan manusia; (timbulnya yang demikian) kerana Allah hendak merasakan mereka sebahagian dari balasan perbuatan buruk yang mereka telah lakukan supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat).” (Surah al-Rum, ayat 41)

Justeru, untuk menghindari dan menyelamatkan diri daripada musibah itu, menjadi kewajipan Muslim untuk memperbanyakkan doa supaya Allah melindungi diri kita daripada bahaya.

Allah berfirman bermaksud: “Katakanlah: Siapakah yang menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut? (Ketika) kamu berdoa merayu kepada-Nya dengan merendah diri (secara terang-terangan) dan secara bersembunyi, dengan berkata: Demi sesungguhnya jika Allah selamatkan kami dari bencana ini, nescaya jadilah kami dari orang-orang yang bersyukur.” (Surah al-An’am, ayat 63)


http://nurjeehan.wordpress.com/2007/04/07/sakit-musibah-uji-tahap-keimanan-muslim/

TANGISAN KEINSAFAN PEMBERSIH DOSA




Tajdid Iman
Bersama Dr Juanda Jaya

Bangun dan sujud pada tengah malam amalan Rasullah serta sahabat

SAIDINA Abu Bakar al-Siddiq adalah seorang sahabat Rasulullah SAW yang amat penyedih. Apabila beliau membaca ayat Allah, air matanya tidak dapat dibendung. Hatinya begitu lembut, sensitif dan cepat tersentuh.

Saidina Umar pula suka mengingatkan dirinya terhadap hari perhitungan. Ketakutan sentiasa menguasai hatinya. Wajahnya diguris bekas aliran tangisan yang terus-menerus mengalir mengingat hari perjumpaan dengan Allah kelak.

Ketika dalam keadaan sakit tenat yang membawa kepada kematiannya, beliau berkata, kepada anaknya Abdullah bin Umar: “Letakkan pipiku di atas tanah.” Abdullah melarang dengan lembut sambil berkata: “Wahai ayah, bukankah itu akan membuatmu semakin sakit?” Umar berkata lagi: “Aku tidak peduli, letakkan aku di atas tanah, celakalah aku jika Tuhanku tidak merahmati aku!”

Tangisan adalah ubat bagi hati yang keras. Ia mendatangkan cahaya dan membersih daripada kekotoran dosa, manakala berlebihan tertawa dan bersenda gurau membawa kepada kelalaian, mengeraskan hati dan mengeruhkan kesuciannya.

Rasulullah SAW suatu ketika bertemu sahabat yang tertawa sambil bergurau. Baginda SAW bersabda maksudnya: “Jika kamu semua mengetahui seperti apa yang aku ketahui, nescaya kamu akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”

Ada beberapa alasan mengapa orang beriman perlu menangisi dirinya:

•Dia tidak tahu qada dan qadar atas dirinya.
Rasulullah SAW bersabda maksudnya: “Sesungguhnya kamu dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibu 40 hari air mani, kemudian menjadi segumpal darah selama 40 hari lagi, kemudian menjadi seketul daging selama 40 hari, kemudian diutuskan kepadanya malaikat lalu ditiupkan roh kepadanya dan dituliskan empat kalimah iaitu rezekinya, umurnya, amalnya, celakanya atau bahagianya. Maka, demi Allah yang tidak ada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya seseorang mengerjakan amal ahli syurga sehingga tidak ada jarak antaranya dengan syurga itu melainkan sehasta, kemudian terdahulu atasnya ketentuan tulisan lalu ia pun mengerjakan amal ahli neraka maka masuklah ia ke dalamnya. Dan seseorang mengerjakan amal ahli neraka sehingga tidak ada jarak di antaranya dengan neraka kecuali sehasta. Kemudian terdahulu atasnya ketentuan tulisan lalu dia pun mengerjakan amalan ahli syurga maka masuklah dia ke dalamnya.” (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Siapakah yang boleh menjamin nama kita termasuk dalam senarai ahli syurga? Tidakkah hal itu petanda bahawa kita tidak berkuasa menolong diri sendiri? Letakkanlah diri kita sentiasa dalam keadaan cemas, takut dan harap kepada Allah. Caranya dengan banyak menangis dan memohon pertolongan-Nya.

•Menangislah kerana ingat terhadap malam pertama di alam kubur.
Siapakah yang menjadi teman untuk seorang pengantin yang memakai helaian kafan?

Ditinggalkan sendirian menanggung nasib, meratapi kepergian orang yang menghantar ke kuburnya. Jangan pergi! Mana anakku, isteri dan saudara mara yang dulu mengasihiku? Semua hartaku, siapa yang menghabiskan segala jerih payahku selama ini? Lubang itu terlalu sempit, tempat cacing dan ulat menggigit-gigit.

Malam pertama di sini sungguh berat ditanggung sendiri. Ada malaikat yang datang membawa urusan amat penting. Persoalan yang bukan senda gurau kekasih pada malam pengantin. Bahkan, gertakan yang mengecutkan hati dan kekerasan yang memadamkan kegembiraan.

Siapakah yang mahu menolong aku, menemani dan membela diriku? Di mana sembahyang, puasa, haji dan sedekahku? Datanglah selimuti aku daripada kepedihan seksa ini. Di mana bacaan al-Quran, zikir dan kelembutan lidah yang pernah mengeluarkan kata-kata yang baik?

Datanglah semua segala kebaikanku dari atas kepala, di sebelah tangan, di kaki, di seluruh tubuh badan yang kaku dan pucat ini.

Siapakah yang sanggup membela jika bukan amal salih di dunia. Mayat itu menangis di perut bumi, menyesal mengapa dulu ia tidak menangis ketika bersimpuh di atas bumi?

•Menangis kerana ingatkan hari perhitungan.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Orang yang muflis di kalangan umatku ialah: Seseorang yang datang pada hari kiamat dengan pahala sembahyang, puasa dan zakat. Tetapi, dia pernah mencaci si polan, menuduh si polan, menumpah darah si polan dan memukul si polan. Maka akan diberikan kepada orang yang teraniaya itu daripada pahala kebaikan orang tadi sehingga apabila habis pahalanya, sedangkan belum semua terbayar, maka akan diambil ganti dari dosa orang itu dan dibebankan kepadanya dan dia dicampakkan ke dalam neraka kerananya.” (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Ingatlah keaiban diri yang terlalu banyak untuk dihitung, jangan sibuk menyebut aib orang lain. Semua orang di sekeliling kita tidak dapat menolong kecuali amal ibadat yang dilakukan dengan keikhlasan.

Bilakah saat dan ketika paling tepat untuk kita menangis supaya lembut hati yang keras oleh hawa nafsu yang dituruti? Pada tengah malam yang dingin, bangun dan berdiri tanpa diketahui oleh manusia yang asyik bermimpi, sujud dan doa yang panjang, bacaan al-Quran dan zikrullah juga istighfar.

Amalan ini menjadi kebiasaan Rasulullah SAW dan sahabatnya serta menjadi ikutan orang salih yang mahukan ketenangan jiwa pada akhir zaman ini. Ubati kegelisahan, tekanan dan kesakitan jiwa dengan menangis, solat dan zikrullah.

INTI PATI

•Seseorang manusia tidak tahu qada dan qadar atas dirinya, oleh itu letakkanlah diri kita sentiasa dalam keadaan cemas, takut dan harap kepada Allah. Caranya dengan banyak menangis dan memohon pertolongan-Nya.
•Menangislah kerana ingat terhadap malam pertama pada alam kubur. Malam pertama di sini sungguh berat ditanggung sendiri. Ada malaikat yang datang membawa urusan yang amat penting. Bahkan, gertakan yang mengecutkan hati dan kekerasan yang memadamkan kegembiraan.
•Menangis kerana ingatkan hari perhitungan. Ingatlah keaiban diri yang terlalu banyak untuk dihitung, jangan sibuk menyebut aib orang lain. Semua orang di sekeliling kita tidak dapat menolong kecuali amal ibadat yang dilakukan dengan keikhlasan.

http://nurjeehan.wordpress.com/2007/04/06/tangisan-keinsafan-pembersih-dosa/

MENGGAPAI CINTA ALLAH


Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah, Yang Maha Agung dan Mulia menjumpaiku - yakni dalam tidurku - kemudian berfirman kepadaku, “Wahai Muhammad, katakanlah : “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mencintai-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta mencintai perbuatan yang menghantarkan aku untuk mencintai-Mu.”Dalam amal ubudiyah, cinta (mahbbah) menempati darjat yang paling tinggi. Mencintai Allah dan rasul-Nya bererti melaksanakan seluruh amanat dan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, disertai luapan kalbu yang dipenuhi rasa cinta.

Pada mulanya, perjalanan cinta seorang hamba menapaki darjat mencintai Allah. Namun pada akhir perjalanan rohaninya, seorang hamba mendapatkan darjat wahana yang dicintaiNya. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah, Yang Maha Agung dan Mulia menjumpaiku - yakni dalam tidurku - kemudian berfirman kepadaku, “Wahai Muhammad, katakanlah : /Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mencintai-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta mencintai perbuatan yang mengantarkan aku untuk mencintai-Mu.”/

Dalam buku “Mahabbatullah” (mencintai Allah), Imum Ibnu Qayyim menuturkan tahapan-tahapan menuju wahana cinta Allah. Bahwasanya cinta sentiasa berkaitan dcngan amal. Dan amal sangat bergantung pada keikhlasan kalbu, disanalah cinta Allah berlabuh. Itu kerana Cinta Allah merupakan refleksi daripada disiplin keimanan dan kecintaan yang terpuji, bukan kecintaan yang tercela yang menjerumuskan kepada cinta selain Allah.

Tahapan-tahapan menuju wahana cinta kepada Allah adalah sebagai berikut:

1. Membaca al-Qur’an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar. Itu tidak lain adalah renungan seorang hamba Allah yang hafal dan mampu menjelaskan al-Qur’an agar difahami maksudnya sesuai dengan kehendak Allah swt. Al-Qur’an merupakan kemuliaan bagi manusia yang tidak bisa ditandingi dengan kemuliaan apapun. Ibnu Sholah mengatakan “Membaca Al-Qur’an merupakan kemuliaan, dengan kemuliaan itu Allah ingin memuliakan manusia di atas mahluk lainnya. Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan semacam itu, malah mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia”.

2. Taqarub kepada Allah swt, melalui ibadah-ibadah sunnah setelah melakukan ibadah-ibadah fardhu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah fardhu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Allah. Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah. Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantaranya adalah: solat sunnah, puasa-puasa sunnah,sedekah sunnah dan amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah.

3. Melazimkan berzikir kepada Allah dalam segala tingkah laku, melalui lisan, kalbu, amal dan perilaku. Kadar kecintaan seseorang terhadap Allahbergantung kepada kadar zikirnya kepadaNya. zikir kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah aza wajalla berfirman :”Aku bersama hambaKu, selama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berzikir) kepadaKu”.

4. Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri. Menghidupkan cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri. Ertinya ia rela mencintai Allah meskipun berisiko tidak dicintai oleh mahluk. Inilah darjat para Nabi, diatas itu darjat para Rasul dan diatasnya lagi darjat para rasulul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi adalah darjat Rasulullah Muhammad s.a.w. sebab beliau mampu melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada Allah.

5. Menyambungkan musyahadah (menyaksikan) dan ma’rifat (mengenal) Allah s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Kesedaran dan penglihatan kalbunya berkelana di taman ma’rifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa ma’rifat kepada asma-asma Allah, sifat-sifat dan af’al-af’al Allah dengan penyaksian dan kesedaran yang mendalam, niscaya akan dicintai Allah.

6. Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan batin akan menghantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara lahir dan batin, akan menghantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya.

7. Ketundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah yang disebut dengan khusyu’. Hati yang khusyu’ tidak hanya dalam melakukan solat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan menghantarkan kepada cinta Allah yang hakiki.

8. Menyendiri bersama Allah ketika Dia hadir di sanubari. Yaitu saat sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t. turun ke dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan solat malam agar mendapatkan cinta Allah.

9. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka iapun akan mendapatkan cinta Allah s.w.t.

10. Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi komunikasi kalbu dan Al-Khaliq, Allah subhanahu wataala.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...